Kamis, 05 Januari 2012

VEKTOR PENYAKIT MENULAR


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakng
Vektor merupakan binatang pembawa Penyakit yang disebabkan oleh bakteri, ricketsia, virus, protozoa dan cacing, serta menjadi perantara penularan penyakit tersebut. Pencemaran karena vektor adalah terjadinya penularan penyakit melalui binatang yang dapat jadi perantara penularan penyakit tertentu akibat kondisi pencemaran vektor penyakit, antara lain:
1.      Perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan, industri dan pembangunan perumahan yang mengakibarkan berkembang biaknya vektor penyakit
2.      Sistim penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container untuk penyediaan air.
3.      Sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat sehingga menjadi tempat perindukan vektor
4.      Sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat menjadikan sampah menjadi sarang vektor
5.      Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian vektor penyakit secara kimia beresiko timbulnya keracunan dan pencemaran lingkungan serta resistensi vektor
Beberapa jenis serangga merupakan vektor utama atau vektor penting dari penyakit-penyakit tropis di Indonesia. Nyamuk Anopheles merupakan vektor utama penyakit malaria, Aedes Aegypti adalah vektor utama penyakit demam berdarah, cikungunya dan demam kuning.
Selain menyimpulkan bahwa serangga sebagai Vektor Penyakit Tropis di Indonesia, dan menurut regulasi kesehatan internasional dari WHO dan dikenal juga sebagai (Emerging Infectious Disease) dan pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1910. Sementara, untuk penyakit Pes di Sulut sendiri belum pernah ditemukan (Anonim, 2003).
Vektor penyakit kini telah semakin sulit diberantas. Hal ini dikarenakan vektor penyakit tersebut telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi. Hal ini disimpulkan dari hasil penelitian para ahli di Institut Pertanian Bogor (IPB) Jakarta. Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan kesimpulan bahwa binatang pembawa agen penyakit, terutama nyamuk dan lalat, telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi.
Menurut Projo Danoedoro (2003) Penyakit menular merupakan Penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan tidak hanya yang menular. Kondisi lingkungan yang spesifik dapat memicu angka kejadian penyakit yang tinggi. Secara alami, wilayah gunung api biasanya miskin yodium. Daerah berbatuan kapur juga menyebabkan kandungan air tanahnya mempunyai kandungan kapur yang tinggi. Di pedalaman Kalimantan Timur, penulis pernah menjumpai air permukaan dengan kandungan logam berat kadmium yang cukup tinggi meskipun tidak terdapat kegiatan industri di sekitarnya.
Faktor non-alami juga bisa memunculkan masalah kesehatan yang perlu dipahami risiko cakupan kewilayahannya. Penggunaan pestisida yang berlebihan di daerah hulu daerah aliran sungai (DAS) akan mencemari air tanah dan terbawa sampai ke hilir. Jarak, arah angin, curah hujan, kemiringan lereng, gerakan air tanah, dan konsentrasi polutan industri sangat berpengaruh terhadap kesehatan penduduk di sekitar lokasi industri.
Inderaja dan GIS dapat membantu mendefinisikan zona-zona dalam bentuk satuan pemetaan, memodelkan pola dan arah gerakan atau aliran pencemar. Dari sana kemudian dapat ditentukan wilayah-wilayah yang berisiko tercemar, dengan memperhatikan pola permukiman, kepadatan penduduk, pola aktivitas, dan pemanfaatan air tanahnya.
Dengan memahami kompleksitas fenomena penyakit dalam ruang, sebenarnya perencanaan wilayah merupakan tugas yang sangat rumit. Pilihan dalam perencanaan penggunaan lahan pertanian, misalnya, bukan lagi dalam konteks produktivitas pangan, erosi, banjir, dan kesejahteraan ekonomi petani. Di situ ada konsekuensi-konsekuensi kesehatan ketika pola tanam diubah karena menyangkut kontinuitas siklus hidup inang dan vektor pembawa penyakit. Upaya konservasi biodiversitas, seperti yang terjadi di Jerman, pun kadang-kadang tidak mudah dipertemukan dengan upaya eradikasi penyakit menular.
Perencanaan bidang kesehatan pun terbantu oleh inderaja dan SIG. Suplai obat tertentu lebih bisa difokuskan pada wilayah-wilayah dengan angka insidensi penyakit tertentu yang juga tinggi. Dengan demikian, kemubaziran suplai obat dan keterlambatan penanganan suatu kejadian luar biasa karena kurangnya obat bisa dihindari. Penentuan lokasi puskesmas dan pusat pelayanan kesehatan lain seyogianya tidak hanya bertumpu pada pusat-pusat kecamatan, melainkan juga akses penduduk ke lokasi yang direncanakan.
Penyakit menular lain yang menjadi perhatian dalam pembangunan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia adalah: tetanus neonatorum, campak, infeksi saluran pernapasan akut, diare, kusta, rabies, dan filariasis (Depkes 2004), (Bappenas 2005).
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain ditentukan oleh 3 faktor, yakni :
a.       Agen (penyebab penyakit)
b.      Host (induk semang)
c.       Route of transmission (jalannya penularan)
 Agar supaya agen (vektor) atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive) maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a.       Berkembang biak
b.      Bergerak atau berpindah dari induk semang
c.       Mencapai induk semang baru
d.      Menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan agen (vektor) penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu faktor penting didalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit (penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri sehingga ia dapat tetap hidup.
Dari sini timbul istilah reservoar yang diartikan sebagai berikut:
a.       habitat dimana bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang
b.      survival dimana bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat sehingga ia dapat tetap hidup.
Reservoar tersebut dapat berupa manusia, binatang atau benda-benda mati.
Upaya penanggulangan wabah meliputi:
1.      penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal sifat-sifat penyebabnya serta faktor yang dapat menimbulkan wabah,
2.      pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina,
3.      pencegahan dan pengebalan yaitu tindakan yang dilakukan untuk memberikan perlindungan kepada mereka yang belum sakit tetapi mempunyai risiko terkena penyakit,
4.      pemusnahan penyebab penyakit, yaitu bibit penyakit yang dapat berupa bakteri, virus dan lain-lain,
5.      penanganan jenazah akibat wabah,
6.      penyuluhan kepada masyarakat


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Vektor-Vektor Biolois Dan Penyakit Yang Ditimbulkan
2.1.1 Nyamuk
Penyakit yang dibawa oleh vektor nyamuk antara lain:
1. Malaria
Anopheles (nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk. Terdapat 400 spesies nyamuk Anopheles, namun hanya 30-40 menyebarkan malaria (contoh, merupakan “vektor”) secara alami. Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria (contoh. Plasmodium falciparum) dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia.
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp dengan gejala demam, anemia dan spleomagali.
Empat jenis plasmodium yaitu:
a.       Plasmodium vivaxàpenyakit malaria tertina
b.      Plasmodium malariae-àmalaria kuartana
c.       Plasmodium Facifarumàmalaria tropika
d.      Plasmodium ovaleàmalariaovale
Upaya pencegahan antara lain , menghindari gigitan nyamuk, pengobatan penderita untuk menghilangkan sumber penular dan pembrantasan nyamuk dan larva.
Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa seperti malaria, penyakit filaria seperti kaki gajah, dan penyakit bawaan virus seperti demam kuning, demam berdarah dengue, encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil Barat disebarkan secara tidak sengaja ke Amerika Serikat pada tahun 1999 dan pada tahun 2003 telah merebak ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat.
2. Demam Berdarah
Nyamuk Aedes aegypti adalah vector penyakit demam berdarah (DBD) yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang cukup meresahkan karena tingkat kematian akibat penyakit ini cukup tinggi. Sampai saat ini, penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DBD terutama pada musim penghujan. Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953. Sedangkan penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue dengan tipe DEN 1 s/d 4. Virus tersebut termasuk dalam grup B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe DEN 1 & 3.
Gejala-gejala DBD sendiri adalah antara lain, Demam tinggi (38-40 C) yang berlangsung 2 sampai 7 hari sakit kepala rasa sakit yang sangat besar pada otot & persendian bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah pendarahan pada hidung & gusi mudah timbul memar pada kulit shock yang ditandai oleh rasa sakit pada perut, mual, muntah, jatuhnya tekanan darah, pucat, rasa dingin yang tinggi terkadang disertai pendarahan dalam tubuh.
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil & Ethiopia & sering menggigit manusia pada waktu pagi & siang.
Orang yang berisiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, & sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, & muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit DBD, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk vektor penularnya sudah tersebar luas di seluruh Indonesia. Sehingga tidaklah aneh apabila kita sering kali melihat pemberitaaan di media massa tentang adanya berita berjangkitnya penyakit DBD di berbagai wilayah Indonesia hampir di sepanjang waktu dalam satu tahun.
 3. Elephantiasis (Kaki Gajah)
Wucheria sp. adalah Golongan nematoda yang dapat menyebabkan penyakit elephantiasis dengan gejala peradangan dan penyumbatan saluran getah bening serta disertai dengan demam. Vektor berupa nyamuk jenis culex fatigans, aedes aegypty dan anopheles sp. Upaya pendegahan dengan menghindari gigitan, pemberantasan nyamuk dan pengobatan penderita.
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.
Upik Kusumawati, peneliti Parasitologi dan Entimologi Kesehatan IPB menyatakan bahwa Nyamuk pembawa virus demam berdarah kini tidak cuma senang bertelur di genangan air bersih, tapi juga selokan yang kotor. Berdasarkan kajian eksperimental yang dilakukan di laboratorium IPB, Upik Kusumawati menjelaskan, didapati bahwa nyamuk Aides Aegepty bisa tetap bertelur di habitat buatan yang terpolusi dengan detergen dan kaporit.
Hal ini teruji dengan percobaan denan wahana air yang kondisinya mirip dengan limbah air di lapangan seperti air selokan. Dan ternyata nyamuk Aides juga mau bertelur di tempat seperti itu.
Pemahaman umum tentang demam berdarah sebelumnya adalah nyamuk membawa agen penyakit yakni Aides Aegepty hanya bertelur di air tergenang yang bersih seperti tempat penampungan air bersih di rumah-rumah, Namun sepertinya vektor penyakit sudah beradaptasi, sehingga mereka kini bisa hidup di lingkungan yang terpolusi.

2.1.2 Lalat
Lalat adalah Vektor Mekanis dan Biologi. Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Bidang Ilmu Penyakit Hewan, Universitas Gadjah Mada, Prof R Wasito MSc menjelaskan bahwa lalat memang vektor (pembawa) virus flu burung. Bahkan, ujarnya, lalat ada kemungkinan berfungsi sebagai vektor mekanis dan vektor biologi dari virus Avian influenza (AI) ini. Vektor mekanis, maksudnya lalat bisa membawa virus AI ke mana-mana sedangkan vektor biologi maksudnya virus ini bisa masuk ke tubuh lalat dan berkembang di tubuh lalat.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa di lokasi yang pernah terkena wabah flu burung yaitu di daerah Makassar dan Karanganyar ditemukan virus AI pada lalat yang diteliti. Di dalam lalat tersebut dilakukan pemeriksaan lipoprotein dan antigen untuk mengetahui tipe dan subtipenya ternyata, ditemukan H5N1 dan cukup banyak pada lalat tersebut.
Pengambilan sampel lalat, jelasnya, dilakukan di tiga wilayah yaitu Makassar, Karananyar, dan Tuban. Tetapi, di Tuban hasilnya negatif. Penelitian bermula dari keheranan Wasito ketika masih menjadi Dirjen Bina Produksi Deptan.
Menurutnya pada tahun 2003 dan 2004 di Makassar tidak ada kasus flu burung, tetapi pada Maret tahun 2005, tiba-tiba ada wabah flu burung yang mematikan ayam-ayam di Makassar. Padahal, lanjutnya, lalu lintas peternakan sudah ketat. ”Pemikiran saya kemungkinan karena adanya burung yang terkena flu burung yang bermigrasi dari negara tetangga atau dari provinsi lain,” paparnya.
Kemudian, Guru Besar FKH UGM, Prof Hastari dan ahli Virologi Amerika Prof, Roger K Maes mengatakan kemungkinan ada vektor lain yang menyebarkan flu burung, tutur ahli Patologi ini. Akhirnya mereka bertiga mencari kantong-kantong lalat di Makassar, Karanganyar, dan Tuban pada bulan Maret-Mei 2005.
Ternyata, cukup banyak lalat yang mengandung virus Avian Influenza di enam lokasi di daerah Makassar dan Karanganyar. Setelah itu, kami mengajukan proporsal ke Departemen Pertanian dan Alhamdulillah disetujui. Sehingga, sampai sekarang kami masih mengumpulkan lalat-lalat dari hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
Dari enam lokasi tadi, diambil sampel lalat sebanyak 100 mg (sekitar lima sampai enam ekor lalat) dari setipa lokasi. Lalu, diambil darahnya dan dibawa ke laboratorium FKH UGM (Siswono, 2005).
Jenis penyakit dengan lalat sebagai vektor antara lain:
1. Estamoeba dysenteriae
Entamorba hestolyca adalah Organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, kucing, anjing dan babi. Vektornya adalah musca domestica (lalat rumah) dan kecoa. Penularan terjadi karena makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kista yang dibawa oleh vektor.
Gejala yang dapat ditmbulkan antara lain; sering buang air besar, fesesnya sedikit-sedikit dengan lendir dan darah, dan biasanya disertai rasa sakit diperut (kram perut), dan biasanya tidak demam.
Upaya pencegahannya dengan perbaikan sanitasi lingkungan, dan pencegahan kontaminasi makanan, pembasmian vektor serta perbaikan cara pembuangan kotoran yang baik serta cuci tangan setelah defakasi.

2. Penyakit kala-azhar
penyakit kala-azhar adalah penyakit yang disebabkan oleh Golongan protozoa yaitu laishmania donovani. Vektornya adalah lalat penghisap darah pheblotomus sp. Gejalanya antara lain; deman tinggi, menggigil, muntah-muntah. Terjadi pengurusan badan dan hepar bengkak. Bila tidak diobati menyebabkan kematian. dan upaya pencegahannya adalah dengan pencegahan penderita, menghilangkan sampah yang busuk (tempat perkembang biakan lalat), dan menghindari gigitan.
3. Penyakit leishmaniasis
Penyakit leishmaniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Golongan protozoa yaitu laishmania tropica. Vektornya adalah lalat penghisap darah pheblotomuss. Gejalanya adalah terjadinya kupula ditempat gigitan, kulit tertutupi kerak dan keluarnya exudate yang lengket serta terjadinya kerusakan jaringan. Upaya pencegahan dengan penutupan kulit dan pemberantasan serangga.
4. Penyakit mucocutaneus
penyakit mucocutaneus merupakan penyakit yang disebabkan oleh golongan protozoa yaitu laishmania braziliensis. Vektornya adalah lalat penghisap darah pheblotomus sp. Gejalanya adalah terjadinya papula berwarna merah pada tempat gigitan dan terjadinya perubahan bentuk pada permukaan yang digigit.
5. Sleeping sickness (penyakit tidur)
Sleeping sickness merupakan penyakit yang disebabkan oleh golongan protozoa trypanosoma gambiense. Vektornya adalah lalat glossina sp. Gejala meliputi tiga fase, yaitu
1.      Dimana Trypanosoma gambiense berada dalam tubuh,
2.      Dimana berada dalam jaringan dan
3.      Berada dalam susunan syaraf.
Fase(1) dengan gejala rasa gatal pada tempat gigitan dan diikuti demam, sakit kepal, menggil dan kehilangan nafsu makan.
Fase(2) dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening, liver, sakit kepala, sakit sendi-sendi, lamah dan ruam dikulit.
Fase(3) dengan gejala lemah, malas, tubuh kaku dan tidur dengan tidak terkendali.


6. Penyakit onchocerca volvulus
Penyakit ini disebabakan oleh Cacing onchocerca volvulus. vektornya adalah lalat penghisap darah (simulum sp). Penyakit yang ditimbulkan adalah radang pada tempat gigitan dan diikuti dengan adanya tonjolan. Perkembangan nodula sangat lambat dan dalam waktu 3-4 tahun hanya mencapai ukuran 2-3 cm. Bila infeksi tonjolan mengenai mata menyebabkan kebutaan. Upaya pendegahan dengan menghindari gigitan, pemberantasan nyamuk dan pengobatan penderita.
7. Calabar (calabar swelling).
penyakit calabar (calabar swelling). Merupakan penyakit yang sebabkan oleh cacing loa-loa. Vektor cacing ini adalah lalat tabanid genus chrysops.
Gelaja penyakit ini adalah pembengkakan jaringan adan terjadi benjolan sebesar telur ayam. Upaya pendegahan dengan menghindari gigitan, pemberantasan serangga dan pengobatan penderita.
2.1.3 Burung/Angsa
Burung merupakan hawan kelas aves yang memiliki potensi sebagai vekor penyakit, hal ini disebabkan burung memiliki kemampuan untuk berimigrasi dari suatu tempat ke tempat lain. Sehingga kemungkinan burung membawa bibit penyakit yang dapat berupa virus (virus flu burung) ataupun bakteri. Mengingat, burung-burung tersebut biasanya tersebar di pantai laut Pulau Jawa dan daerah lain yang banyak persediaan makanan burung.
1. Flu Asiatik
Flu Asiatik, 1889–1890. Dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak sampai Tomsk dan daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan menyerang Amerika Utara pada bulan Desember 1889, Amerika Selatan pada Februari–April 1890, India pada Februari–Maret 1890, dan Australia pada Maret–April 1890. Wabah ini diduga disebabkan oleh virus flu tipe H2N8 dan mempunyai laju serangan dan laju mortalitas yang sangat tinggi.
2. Flu Spanyol
Flu Spanyol, 1918–1919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret 1918 di basis pelatihan militer AS di Fort Riley, Kansas, pada bulan Oktober 1918 wabah ini sudah menyebar menjadi pandemi di semua benua. Wabah ini sangat mematikan dan sangat cepat menyebar (pada bulan Mei 1918 di Spanyol, delapan juta orang terinfeksi wabah ini), berhenti hampir secepat mulainya, dan baru benar-benar berakhir dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan, 25 juta orang tewas; diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh dunia sebanyak dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di India, 500.000 di Amerika Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah tersebut baru-baru ini diselidiki di Centers for Disease Control and Prevention, AS, dengan meneliti jenazah yang terawetkan di lapisan es (permafrost) Alaska. Virus tersebut diidentifikasikan sebagai tipe H1N1.
3. Flu Hongkong
Flu Hong Kong, 1968–1969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan wabah ini dideteksi pertama kali di Hongkong pada awal 1968. Perkiraan jumlah korban adalah antara 750.000 dan dua juta jiwa di seluruh dunia.
4. Flu burung (Flu Asia)
Flu Asia, 1957–1958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok pada awal Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang sama. Wabah tersebut merupakan flu burung yang disebabkan oleh virus flu tipe H2N2 dan memakan korban sebanyak satu sampai empat juta orang.
Pada Februari 2004, virus flu burung dideteksi pada babi di Vietnam, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan munculnya galur virus baru. Yang ditakutkan adalah bahwa jika virus flu burung bergabung dengan virus flu manusia (yang terdapat pada babi maupun manusia), subtipe virus baru yang terbentuk akan sangat menular dan mematikan pada manusia. Subtipe virus semacam itu dapat menyebabkan wabah global influensa yang serupa dengan flu Spanyol ataupun pandemi lebih kecil seperti flu Hong Kong.
Pada bulan Oktober 2005, kasus flu burung (dari galur mematikan H5N1) ditemukan di Turki setelah memakan sejumlah korban jiwa di berbagai negara (termasuk Indonesia) sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 2003. Namun demikian, pada akhir Oktober 2005 hanya 67 orang meninggal akibat H5N1; hal ini tidak serupa dengan pandemi-pandemi influensa yang pernah terjadi.
5. Psitacosis
Walaupun belum ada laporan tentang kasus penyakit Psittacosis yang diderita oleh manusia tetapi penyakit yang disebarkan oleh burung paruh bengkok (nuri dan kakatua) ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Penularannya bisa lewat kotoran burung yang kemudian terhirup oleh manusia.
Gejala klinik yang ditimbulkan antara lain adalah gangguan pernafasan mulai dari sesak nafas sampai peradangan pada saluran pernafasan, diare, tremor serta kelemahan pada anggota gerak. Kondisi akan semakin parah bila penderita dalam kondisi stress dan makanan yang kekurangan gizi.

2.1.4 Mamalia piaraan
Hewan yang banyak digemari dan dipelihara oleh banyak orang ternyata dapat menularkan penyakit melalui gigitan, cakaran, sehingga perlu diwaspadai bagi pamelihara memelihara satwa, karena barangkali satwa itu terinveksi penyakit (vector penyakit) dan berisiko melakukan penularan pada manusia.
Jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh satwa antara lain:
1. Hepatitis
Satwa primata (bangsa kera dan monyet) dapat menularkan penyakit hepatitis melalui gigitan atau cakaran. Hati-hati memelihara primata, karena barangkali primata itu terinveksi hepatitis dan sekali dia menggigit anda maka anda berisiko tertular hepatitis.
Di seluruh dunia diperkirakan 2 milyar manusia telah terinfeksi penyakit hepatitis. Dua juta orang meninggal tiap tahunnya atau tiap menitnya ada 4 orang meninggal akibat kasus penyakit tersebut. Kecepatan penularan penyakit hepatitis 4 kali lebih cepat dari penyakit HIV. Penularan penularan penyakit hepatitis ini melalui aliran darah, plasenta bayi bagi ibu yang mengandung serta cairan tubuh seperti sperma, vagina, dan air liur.
Orang yang terkena hepatitis, hatinya akan rusak. Perutnya tampak membesar, muntah, diare dan kulit berwarna kekuningan. Fungsi hati yang menyaring racun telah hancur oleh virus ini, akibatnya kematian mengancam penderita hepatitis.
2. Tuberculosa (TBC)
Satwa yang punya potensi besar menularkan penyakit TBC ke manusia adalah primata, misalnya orangutan, owa dan siamang. TBC adalah penyakit yang menyebabkan kematian terbesar kedua di Indonesia. Gejala yang ditimbulkan antara lain gangguan pernafasan seperti sesak nafas, batuk sampai berdarah, badan tampak kurus kering dan lemah. Penularan penyakit ini sangat cepat karena ditularkan melalui saluran pernafasan.
Selain manusia satwapun dapat terinfeksi dan menularkan penyakit TBC melalui kotorannya. Jika kotoran satwa yang terinveksi itu terhirup oleh manusia maka membuka peluang manusia akan terinveksi juga penyakit TBC. Penyakit Tuberculosis bersifat menahun atau berjalan kronis, sehingga gejala klinisnya baru muncul jika sudah parah.
3. Rabies
Penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus ini dikenal juga sebagai penyakit anjing gila. Penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat ini dapat ditularkan ke manusia lewat gigitan satwa. Kasus gigitan hewan penyebar rabies adalah anjing (90%), kucing (3%), kera (3%) dan satwa lain (1%).
Gejala yang ditimbulkan bila terinfeksi rabies pertama-tama adalah tingkah laku yang abnormal dan sangat sensitif (mudah marah), kelumpuhan dan kekejangan pada anggota gerak. Penderita akan mati karena kesulitan untuk bernafas dan menelan dalam kurun waktu 2-10 hari.
4. Herpes
Adanya pelepuhan kulit di seluruh tubuh merupakan gejala awal yang ditimbulkan bila terinfeksi virus herpes. Virus ini bisa berakibat kematian bagi bangsa primata. Manusia dapat tertular dari gigitan atau cakaran satwa yang mengandung virus tersebut. Penderita penyakit ini akan mengalami dehidrasi akibat pelepuhan kulit dan akhirnya kematian akan menjemputnya. Hati-hati jika memelihara primata seperti monyet, lutung, owa, siamang, orangutan, dan lain-lain.
5. Toxoplasmosis
Penyakit ini ditakuti oleh kaum wanita karena menyebabkan kemandulan atau selalu keguguran bila mengandung. Bayi yang lahir dengan kondisi cacatpun juga dapat di sebabkan oleh penyakit ini. Penyakit Toxoplasmosis disebarkan oleh satwa bangsa kucing, misalnya kucing hutan, harimau atau juga kucing rumahan.
Penularan kepada manusia melalui empat cara yaitu: secara tidak sengaja menelan makanan atau minuman yang telah tercemar Toxoplasama, memakan makanan yang berasal dari daging yang mengandung parasit Toxopalsma dan tidak dimasak secara sempurna/setengah matang. Penularan lain adalah infeksi penyakit yang ditularkan melalui placenta bayi dalam kandungan bagi ibu yang mengandung. Cara penularan terakhir adalah melalui transfusi darah.

6. Salmonellosis
Satwa yang bisa menularkan penyakit salmonella ini antara lain primata, iguana, ular, dan burung. Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteri Salmonella adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Akibatnya penderita akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan oleh bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran.

2.2. Vektor-Vektor Non Biolois Dan Penyakit Yang Ditimbulkan
2.2.1 PES
Plague of Justinian (“wabah Justinian”), dimulai tahun 541, merupakan wabah pes bubonik yang pertama tercatat dalam sejarah. Wabah ini dimulai di Mesir dan merebak sampai Konstantinopel pada musim semi tahun berikutnya, serta (menurut catatan Procopius dari Bizantium) pada puncaknya menewaskan 10.000 orang setiap hari dan mungkin 40 persen dari penduduk kota tersebut. Wabah tersebut terus berlanjut dan memakan korban sampai seperempat populasi manusia di Mediterania timur.
The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah terakhir, pes bubonik merebak kembali di Eropa. Setelah mulai berjangkit di Asia, wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa barat pada tahun 1348 (mungkin oleh para pedagang Italia yang mengungsi dari perang di Crimea), dan menewaskan dua puluh juta orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu seperempat dari seluruh populasi atau bahkan sampai separuh populasi di daerah perkotaan yang paling parah dijangkiti.
2.2.2 Kolera
pandemi pertama, 1816–1826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah anak benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun 1820. Penyebarannya sampai ke Tiongkok dan Laut Kaspia sebelum akhirnya berkurang. Pandemi kedua (1829–1851) mencapai Eropa, London pada tahun 1832, Ontario Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisir Pasifik Amerika Utara pada tahun 1834. Pandemi ketiga (1852–1860) terutama menyerang Rusia, memakan korban lebih dari sejuta jiwa. Pandemi keempat (1863–1875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika. Pandemi keenam (1899–1923) sedikit mempengaruhi Eropa karena kemajuan kesehatan masyarakat, namun Rusia kembali terserang secara parah. Pandemi ketujuh dimulai di Indonesia pada tahun 1961, disebut “kolera El Tor” (atau “Eltor”) sesuai dengan nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai Bangladesh pada tahun 1963, India pada tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun 1966.
2.2.3 HIV
HIV—virus penyebab AIDS—dapat dianggap sebagai suatu pandemi, namun saat ini paling meluas di Afrika bagian selatan dan timur. Virus tersebut ditemukan terbatas pada sebagian kecil populasi pada negara-negara lain, dan menyebar dengan lambat di negara-negara tersebut. Pandemi yang dikhawatirkan dapat benar-benar berbahaya adalah pandemi yang mirip dengan HIV, yaitu penyakit yang terus-menerus berevolusi.
2.2.4 SARS
wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) melanda dunia, dan penyebarannya relatif cepat. Ketika upaya penangkalan dan pengobatannya secara medis masih berlangsung, penyakit ini terus berkembang seiring dengan migrasi manusia antarnegara. Penyakit menular semacam ini tidak mengenal batas teritori administratif.
Wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) melanda dunia, dan penyebarannya relatif cepat. Ketika upaya penangkalan dan pengobatannya secara medis masih berlangsung, penyakit ini terus berkembang seiring dengan migrasi manusia antarnegara. Penyakit menular semacam ini tidak mengenal batas teritori administratif.
Sebenarnya bukan hanya SARS saja yang fenomena penyebarannya menarik perhatian kalangan yang bergelut dengan informasi keruangan (geoinformasi). Hampir semua gejala epidemiologis dalam lingkup regional telah menarik perhatian para ahli geografi dan perencana wilayah sehingga kerja sama dengan para ahli kesehatan diperlukan dalam pengembangan wilayah dan pembangunan kesehatan masyarakat.
Pada tahun 2003, terdapat kekhawatiran bahwa SARS, suatu bentuk baru pneumonia yang sangat menular, dapat menjadi suatu pandemi.
Selain itu, terdapat catatan pandemi influensa tiap 20–40 tahun dengan tingkat keparahan berbeda-beda






























BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
            Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan, mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah rendahnya sehigga tidak membahayakan kehidupan manusia. Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.

B.     SARAN
1.      Lebih meningkatkan kebersihan dan prilaku hidup bersih.
2.      Menyiapkan anti serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
3.      membasmi tempat-tempat dimana serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya hidup dan berkembang biak.
4.      lebih memperhatikan keadaan tempat tinggal dan lingkungan sekitarnya.
5.      Untuk pengendalian vektor tidak lah dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas maka gunakanlah kelambu di saat tidur hal ini dapat mengurangi popilasi vektor.
















DAFTAR PUSTAKA

1.      Santio Kirniwardoyo (1992), Pengamatan dan pemberatasan vektor malaria, sanitas. Puslitbang Kesehatan Depkes Rl Jakarta
2.      Adang Iskandar, Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu, APKTS Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN JANGKAUAN EPIDEMIOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai ilmu mengenai epidemic. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja, tetapi dalam perkembangannya yang selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga pada saat ini epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkunganya. Mencakup juga ilmu mengenai pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. (Soekidjo,2003).
Perkembangan mengenai pengertian epidemiologi ini karena transisi pola penyakit yang terjadi pada masyarakat, pergeseran pola hidup, peningkatan pola social ekonomi masyarakat dan semakin luasnya jangkauan kesehatan masyarakat. Pergeseran pola penyakit dari penyakit-penyakit menular kearah penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), penyakit kanker dan penyakit gangguan jiwa yang banyak diderita masyarakat saat ini. Sehingga pengertian dari yang pada mulanya hanyalah menekankan pada penyakit-penyakit menular ( pencegahan dan epidemiologi pemberantasan penyakit menular), kini berkembang mempelajari masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat atau sekelompok manusia mengenai frekuensi, distribusi masalah kesehatan dan factor-faktor yang mempengaruhinya ( Nasrul,1998).

1.2. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan epidemiologi.
2. Mengetahui dan memahami jangkauan epidemiologi.


 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Perkembangan Epidemiologi
A.    Sejarah Perkembangan
Epidemiologi sebagai suatau ilmu berkembang dari waktu ke  waktu. Hal ini dilatar belakangi oleh beberapa hal, diantaranya :
a. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit.
Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah penyakit tidak menular dan epidemiologi tidak hanya dihadapkan dengan masalah penyakit semata tetapi hal yang berkaitan langsung atau pun tidak langsung dengan penyakit serta masalah kesehatan secara umum. Hal ini berbeda pada zaman John Snow epidemiologi diarahkan untuk masalah penyakit tidak infeksi dan wabah saja.
b.  Perkembangan ilmu pengetahuan lainya, perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain seperti biostatistik, administrasi dan ilmu perilaku yang berkembang pesat meniupkan angin kesegaran untuk perkembangtan epidemiologi.

Dengan perkembangan tersebut para ahli kesehatan masyarakat dari masa ke masa juga mempunyai perkembangan pandangan terhadap proses terjadinya penyakit yang dikemukakan dengan beberapa konsep atau teori, diantaranya:
1.      Contagion Theory
Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit diperlukan adanya kontak antara satu person dengan person lain. Teori ini di kembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu yang kebanyakan adalah penyakit yang menular karena adanya kontak langsung.Teori ini bermula pada pengamatan terhadap epidemic dan penyakit Lepra di Mesir.
2.      Hippocratic Theory
Teori ini di pelopori oleh Hippocrates yang lebih mengarahkan kausa pada suatu factor tertentu.Menurutnya bahwa kausa penyakit berasal dari alam : cuaca dan lingkungan. Teori ini mampu menjawab masalah penyakit pada waktu itu dan di pakai hingga tahun 1800an dan teori ini ternyata tidak mampu menjawab berbagai penyakit infeksi lain yang mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit.

3.      Miasmatic Theory
Teori ini menunjukan gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit namun tidak dapat menjawab pertanyaan tentang penyebab berbagai penyakit.
4.      Epidemic Theory
Teori ini menghubungnkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan factor geografis. Zat organic dari lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit . Teori ini diterapkan oleh John Snow dalam menganalisis diare di London.
5.      Thery Kuman (Grem Theory).
Kuman (mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit . Kuman dianggap sebagai kausa tunggal penyakit namun teori ini mendapat t antangan dari berbagai penyakit kronis misalnya jantung dan kanker.
6.      Theory Multi kausa
Teori ini disebut sebagai konsep multi factorial yang menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai hasil dari interaksi berbagai factor misalnya interaksi lingkungan yang berupa factor biologis , kimiawi, dan social memegang peranan dalam terjadinya penyakit.

B.     Tokoh-Tokoh Epidemiologi
a.       Antonio Van Leeuwenhoek (1632-1732).
Dia seorang ilmuan yang menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan parasit, penemu spermatozoa. Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna untuk analisis epidemiologi selanjutnya.
b.      Robert Koch
Dia memperkenalkan Tubekulin yang dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi Tuberkulosis sebagai perangkap diagnosis tbc pada anak-anak.Dia juga terkenal dengan Postulac Koch yang mengemukakan tentang konsep untuk menentukan kapan mikroorganisme dapat dianggap penyebab suatu penyakit.


c.       Max Van Patternkofer
Dia mengiden tifikasikan penyebab sebuah penyakit , dia ingin membuktikan bahwa vibrio bukanlah penyebab kolera.
d.      John Snow, 1854
Dia menggunakan pendekatan epidemiologi dengan menganalisis factor tempat orang dan waktu. Dia dianggap sebagai The Father Of Epidemiology.
e.       Percival Pott
Dia menganalisis tentang meningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja pewmbersih cerobong asap dan dia menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang menjadi biang keladinya. Dia dianggap sebagai bapak epidemiologi modern.
f.       James Lind, 1747
Dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang mengalami Scurvy(kurang vitamin c)hal ini dikarenakan mereka semuanya memakan makanan kaleng. Dia dikenal sebagai bapak Trial Klinik.
g.      Dool dan Hill,1950
Mereka adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitia di bidang epidemiologi klinik.(Bustan,1997).

Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.

Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1.      Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2.      Penggunaan data kuantitatif dan statistic
3.      Penularan penyakit
4.      Eksperimen pada manusia
Secara sederhana Sejarah Perkembangan Epidemiologi dapat dibedakan atas empat tahap, yakni :
1.      Tahap Pengamatan.
Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhi ini dilakukan dengan pengamatan (observasi ). Hasil pengamatan hipocrates berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit dengan lingkungan tetapi Hipocrates tidak berhasil membuktikan pendapatnya karena pengetahuan untuk itu belum berkembang. Dari yang dikemukakan oleh Bapak ilmu kedokteran dipandang merupakan landasan perkembangan epidemiologi.
Tahap perkembangan epidemiologi ini dikenal dengan nama tahap penyakit dan lingkungan.
2.      Tahap Perhitungan
Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut dengan tahap perhitungan. Pada tahap ini upaya untuk mengukur frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan dilakukan dengan bantuan ilmu hitung. Jonh Graunt, menyimpulkan bahwa frekuensi dan penyebaran angka kematian ternyata lebih tinggi pada bayi serta berbeda antara penduduk pria dan penduduk wanita.
3.      Tahap Pengkajian
Tekhnik pengkajian pertama kali diperkenalkan oleh William Farr pada tahun 1839 yang melakukan pengkajian terhadap data yang ada dan dari pengkajian ini berhasil dibuktikan adanya hubungan statistik antara peristiwa kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat, adanya hubungan antara angka kematian dengan status perkawinan serta adanya hubungan antara tingkat social ekonomi dengan tingkat kematian penduduk.
Dengan cara kerja yang sama John Snow pada tahun 1849 berhasil membuktikan adanya hubungan antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk.
Tekhnik yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan pengkajian data yang telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari hasil percobaan, sehingga dikenal dengan tahap eksperimen alamiah.
4.      Tahap Uji coba
Cara kerja ini telah lama dikenal dikalangan kedokteran. Pada tahun 1774 Lind melakukan pengobatan kekurangan vitamin C dengan pemberian jeruk. Jenner pada tahun 1796 juga melakukan uji coba klinis terhadap vaksin cacar terhadap manusia.
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen yaitu:
1.      Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
2.      Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi masyarakat atau kelompok.
3.      Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

2.2. Jangkauan Epidemiologi
Seperti berbagai cabang ilmu lainnya, epidemiologi juga mempunyai jangkauan kegiatan tersendiri yang secara sederhana dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1.      Subjek dan Objek Epidemiologi adalah masalah kesehatan
Pada tahap awal Perkembangan Epidemiologi masalah kesehatan yang dimaksud adalah penyakit infeksi dan menular saja, karena pada waktu itu penyakit tersebut mempunyai frekuensi yang tinggi dan menyebar secara meluas di masyarakat.
Pada tahap selanjutnya berdasarkan penelitian, akhirnya diketahui bahwa penyakit yang tidak bersifat infeksi dan menular dapat pula berada dalam frekuensi tinggi serta menyebar secara meluas di masyarakat.  Perkembangan tersebut mendorong bertambahnya ruang lingkup epidemiologi, yaitu mulai pula mencakup penyakit-penyakit yang tidak bersifat infeksi dan menular yang ada di masyarakat.
Pada tahap perkembangan yang mutakhir, ruang lingkup epidemiologi makin lebih dikembangkan yakni telah mencakup semua masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat termasuk masalah kesehatan yang bukan penyakit, seperti program KB, program perbaikan lingkungan pemukiman,program pengadaan tenaga dan sarana pelayanan kesehatan. Cara kerja yang ditempuh sama, yaitu meninjau frekuensi, penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran yang dimaksud.
2.      Masalah kesehatan yang dimaksud menunjuk kepada masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok manusia.
Epidemiolog dalam mempelajari masalah kesehatan berupa penyakit tersebut, memanfaatkan data dari kajian terhadap sekelompok manusia,untuk kemudian sesuai dengan penyebab yang ditemukan dan disusun upaya untuk menanggulanginya.
3.      Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan tersebut.
4.      Dengan epidemiologi akan diketahui tentang suatu masalah kesehatan termasuk penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut. Cara yang ditempuh adalah dengan menganalisa data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang ada di masyarakat.dengan memanfaatkan keterangan tentang perbedaan frekuensi yang ditemukan di masyarakat kemudian dibantu berbagai macam uji statistik dapat dirumuskan penyebab masalah kesehatan yang dimaksud (Azrul A,1988).

Di era perkembangan tekhnologi seperti saat ini memicu jangkauan epidemiologi semakin meluas. Secara garis besar jangkauan epidemiologi meliputi:
1.      Epidemiologi penyakit Menular: Telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan penanggulangan penyakit menular tertentu.
2.      Epidemiologi Penyakit Tidak Menular : Memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit sisdtemik serta berbagai penyakit menahun lainya, termasuk masalah meningkatnya kecelakaan lalulintas dan penyalah gunaan obat-obatan tertentu.
3.      Epidemiologi Klinik: Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi /dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4.      Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja :bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan kesehtan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja,serta kebiasaan hidup para pekerja.
5.      Epidemiologi Kependudukan: merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan system pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi di dalam masyarakat.
6.      Epidemiologi Kesehatan Jiwa: merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat
7.      Epidemiologi Gizi: dewasa ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat.
8.      Epidemiologi Pelayanan Kesehatan : Bentuk ini merupakan salaah satu system pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunana rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
9.      Epidemiologi Perilaku
10.  Epidemiologi Genetik
11.  Epidemiologi kesehatan Darurat
12.  Epidemiologi Remaja
13.  Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
14.  Epidemiologi Kausalitas
15.  Epidemiologi Perencanaan.

Semakin luasnya jangkauan epidemiologi karena disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1.      Kemajuan teknologi yang sangat pesat pada dasawarsa terakhir.
2.      Kebutuhan dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kehidupan menjadi komplek
3.      Metode yang digunakan untuk penyakit menular dapat digunakan untuk penyakit non infeksi dan non penyakit.
4.      Meningkatnya kebutuhan penelitian terhadap penyakit non infeksi dan non penyakit.
5.       metode epidemiologi dapat digunakan untuk mempelajari asosiasi sebab akibat. missal asosiasi rokok dengan karsinoma paru dan asosiasi pelayanan kesehatan kesehatan dengan status kesehatan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Sejarah Perkembangan Epidemiologi dilatar belakangi oleh:
a.       Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola
penyakit.
b.      perkembangan ilmu pengetahuan lainya.
2.      Teori- teori yang menjelaskan tentang proses terjadinuya suatu penyakit yaitu: Contagion Theory, Hippocratic Theory, Miasmatic Theory, Epidemic Theory, Theory Kuman, Theory Multi kausa.
3.      Tokoh-tokoh dalam Sejarah Perkembangan Epidemiologi antara lain: Antonio Van Leeuwenhoek, Robert Koch, Max Van Patternkofer, John Snow, Percival pott, James Lind, Dool dan Hill.
4.      Ruang lingkup epidemiologi dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a.       Subjek dan objek epidemiologi adalah masalah kesehatan
b.      Masalah kesehatan yang dimaksud menunjuk kepada masalah kesehatan yang
ditemukan pada sekelompok manusia.
c.       Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan
data tentang frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan tersebut.
5.      Secara garis besar jangkauan epidemiologi antara lain:
a.       Epidemiologi Penyakit Menular
b.      Epidemiologi penyakit tidak menular
c.       Epidemiologi Klinik
d.      Epidemiologi Kependudukan
e.       Epidemiologi pelayanan kesehatan
f.       Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja
g.      Epidemiologi Kesehatan Jiwa
h.      Epidemiologi Gizi
i.        Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
j.        Epidemiologi Perencanaan
k.      Epidemiologi Perilaku
l.        Epidemiologi Genetik
m.    Epidemiologi Kesehatan Drurat
n.      Epidemiologi Remaja
o.      Epidemiologi Kausalitas



DAFTAR PUSTAKA

Azwar,Azrul.1988. Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara . Jakarta Barat

Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta . Jakarta.

Effendy, Nasrul.1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran . Jakarta

Murti, Bhisma.1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Rinekacipta . Jakarta

Noor,Nasri.2000. Dasar Epidemiologi. Rineka Cipta . Jakarta.

Notoatmodjo,Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.

http://Epidemiolog.Wordpress.com./2008/11/08/Ruang-Lingkup Epidemiologi.
diakses tanggal 3 September 2009.

http://Epidemiolog.Wordpress.com /2008/05/11/Sejarah Epidemiologi -2.
Diakses tanggal 3 September 2009.

http://Epidemiolog.Wordpress.com./2008/05/11 Dasar Epidemiologi.
Diakses tanggal 3 September 2009.